Kesibukan sebagai
mahasiswa semester 6 tak menghalangi sebuah senyum di bibirnya saat kami
berjumpa. Kobaran semangat muncul diwajah wanita berkerudung ini. Dari
perpustakaan Kampus V Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Tri Astuti bercerita
tentang prestasi yang diraihnya.
Mahasiswi
berumur 22 tahun ini sekarang tercatat menjadi mahasiswi Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di UAD. Wanita yang akrab disapa Tri ini mengaku
memiliki kegiatan diluar kuliah yakni menjadi seorang guru les privat, guru les
sekolah dasar (SD) pada bimbel yang berada di daerah Bantul dan menjadi guru
TPA di sekitar rumahnya Pundong Bantul. Keinginan kuat pada dalam dirinya untuk
berkuliah di jurusan PGSD timbul dari panggilan hati. Kesukaannya pada
anak-anak sudah muncul dalam dirinya sejak dulu sehingga dia ingin membagi ilmu
yang bermanfaat. Dengan, memberikan les pada anak-anak dia mampu mengenal lebih
dekat karakter anak dan berlatih menjadi guru sejak awal.
Tri yang
memiliki keinginan menjadi guru dan enterpreuner ini ternyata memiliki
prestasi. Prestasi yang diraih yakni lolos pendanaan Program Kreativitas
Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) Dikti tahun 2012. Judul PKM-K mereka se-tim ini
bernama BAKSONG yakni bakso yang terbuat dari singkong dengan saos tempe yang
kaya protein. Awalnya mereka mengetahui informasi dari dosen PGSD kemudian
mencari dosen pembimbing dan melakukan inovasi. Hingga akhirnya kerja keras
yang dilakukan dengan bantuan dosen pembimbing Amaliyah Ulfah, M.Pd. ini mereka
mendapatkan pendanaan dari Dikti Rp 8.500,000,00. Tim yang beranggotakan Tri
Astuti, ... hingga kini Baksong masih aktif berjualan yang dapat ditemui di
kampus V UAD.
Selain
itu, prestasi yang dicapai lagi oleh wanita hobi membaca buku milik Yusuf
Mansyur ini lolos beasiswa. Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) yang
diadakan Kopertis wilayah V mampu ditembus Tri. Bermodalkan IPK 3,70, sertifikat,
dan kelolosannya dalam PKM-K Dikti menjadikan wanita lulusan SMK 1 Bantul ini penerima
beasiswa 2013. Beasiswa yang diberikan secara bertahap total Rp 4.200.000,00. Dia
mengaku tak menduga bisa lolos beasiswa, sebab seleksi sangat ketat dan
selektif. “Modalnya ketika menghadapi kesulitan dalam proses pembelajaran di
kuliah langsung saya tanyakan ke dosen dan teman-teman untuk mencari solusi
yang tepat”, ungkapnya.
Manajemen waktu sangat
penting, saya juga sedang belajar untuk memanage waktu antara kesibukan kuliah,
ngeles, ngajar TPA dan jualan BAKSONG. Untuk les menyesuaikan jadwal yang
disesuaikan dengan kuliah saya dan TPA yakni pada hari Senin, Rabu dan Ahad.
Menjadi guru les juga harus terbuka konsultasi kepada wali orangtau siswa untuk
masalah waktu jika tiba-tiba halangan hadir dan menggantinya dikemudian hari.
Menurut
Tri Astuti, kita sebagai mahasiswa itu berbeda dengan anak SMA, cara belajarnya
pun juga berbeda sehingga perlu mengganti strategi belajarnya untuk rajin
membaca dan rajin sharing dengan teman atau dosen.
Tri ini
memiliki impian lulus tepat waktu, IPK cumlaude dan menjadi guru yang
berwirausaha. “Rejeki itu akan mengikuti mimpi maka bermimpilah karena rejeki
akan mengikuti kalian tentunya dengan berusaha”, pesan Tri di akhir wawancara.
(er)